Sebagai bukti, ASUS menawarkan ketebalan ‘razor sharp’ yang hanya 0,3 centimeter di ujung tertipis, sampai 0,9 centimeter saja di ujung tertebalnya pada notebook ultra portable ini. Jauh di bawah ketebalan maksimum yang disyaratkan oleh Intel. Lalu, apakah demi menghadirkan perangkat yang sangat ringkas itu ASUS mengorbankan kinerja? Sama sekali tidak.
Standar untuk Ultrabook Sebenarnya
Di dalam Zenbook, ASUS sudah membenamkan prosesor Intel Core generasi terkini yang memiliki kinerja tinggi, dan Solid State Drive (SSD), sebuah teknologi penyimpanan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan harddisk konvensional.
Hasilnya, Zenbook berhasil menghadirkan kinerja read/write hingga 435,9/346,2Mbps. Angka ini dua kali lipat lebih cepat dibandingkan dengan perangkat ‘ultrabook’ buatan Apple yang juga menggunakan teknologi SSD. Dari sisi pengguna, mereka akan merasakan loading sistem operasi dan aplikasi, proses penyimpanan serta loading data, yang jauh lebih cepat.
Masih dari sisi input/output, jika kompetitor hanya menawarkan USB 2.0 pada ultrabook mereka, Zenbook sudah hadir dengan USB 3.0 yang menawarkan sejumlah kelebihan. USB 3.0 mampu mentransmisikan data dengan kecepatan hingga 182,99MBps, sementara USB 2.0 hanya rata-rata 28,3MBps. Artinya, USB 3.0 menyediakan kecepatan yang 6 kali lipat lebih tinggi. Tidak hanya itu saja, USB 3.0 juga memungkinkan charging terhadap gadget secara lebih cepat dibandingkan dengan USB 2.0.
Selain mampu menghadirkan kinerja tinggi dalam perangkat yang sangat tipis, ASUS juga tidak mengorbankan sisi pasokan energi untuk ZENBOOK. Lewat teknologi Super Hybrid Engine II, ZENBOOK mampu menawarkan daya tahan baterai hingga 25% lebih lama dibandingkan dengan kompetitor. Sebagai tambahan, demi menyesuaikan kebutuhan pengguna ultra mobile yang membutuhkan perangkat yang dapat langsung aktif kapanpun, fitur Instant On yang membuat perangkat bisa langsung digunakan dalam 2 detik, juga tersedia.
Fitur serupa ‘Instant On’ memang dimiliki pula oleh kompetitor yang juga menawarkan produk ultrabook. Tetapi bedanya, setelah 8 jam, produk kompetitor butuh hingga 12 detik untuk aktif digunakan. Jika mereka memaksakan untuk tetap memiliki Instant On dalam 2 detik, maka baterai yang digunakan hanya mampu bertahan hingga hari keempat.
Tidak seperti Zenbook yang tetap butuh 2 detik saja, meski sampai 14 hari berada dalam kondisi standby. Inilah yang disebut sebagai ‘True Instant On’ atau fitur seperti yang ditawarkan oleh ponsel atau smartphone, yang selalu siap sedia digunakan kapan saja. Dari sisi keamanan, data-data pengguna juga dilindungi. Lewat software yang didesain khusus oleh ASUS, data bisa secara otomatis dibackup saat baterai mencapai 5 persen.
Jika ASUS Zenbook 13 inci yang bersistem operasi Windows 7 ini digunakan untuk menjelajah Internet, baterai yang tersedia mampu memasok daya hingga lebih dari 7 jam. Sebagai perbandingan, 'ultrabook' milik Apple dan produk kompetitor yang sama-sama memiliki layar 13 inci, hanya mampu menawarkan masa aktif baterai hingga 5 jam dan 3,5 jam saja.
ASUS Zenbook tersedia dalam pilihan layar 11,6 dan 13,3 inci, dan display merupakan salah satu keunggulan yang ditawarkan oleh ultrabook ini. Tak hanya layarnya mampu menampilkan gambar dengan cerah dan kaya warna, layar tersebut juga mampu menghadirkan resolusi 1600x900 piksel dan Zenbook merupakan notebook pertama yang menyediakan resolusi tersebut pada layar 13,3 inci. Sebagai gambaran, hampir seluruh notebook yang hadir dengan ukuran layar tersebut hanya mampu menyediakan resolusi hingga 1366x768 atau 1440x900 saja.
Resolusi yang lebih tinggi ini membuat pengguna tidak perlu banyak melakukan scrolling saat menjelajah web, dan dokumen juga lebih mudah dilihat dalam satu layar. Dari sisi produktivitas, resolusi tinggi ini akan sangat bermanfaat bagi pengguna. Demikian pula dari sisi multimedia, saat mereka akan menikmati tayangan video atau foto beresolusi tinggi, ataupun saat bermain game.
Resolusi tinggi sendiri akan tampak lebih baik jika layar yang digunakan mampu menampilkan gambar secara lebih cerah. Untuk itu, ASUS menggunakan panel yang mampu menayangkan 450cd/m2, merupakan notebook pertama yang menyediakan tingkat kecerahan setinggi itu, membuat kawasan gelap pada layar tampak lebih jelas, di saat yang sama, kawasan yang lebih terang ditampilkan dengan detail yang sangat indah. Notebook lain pada umumnya hanya mampu menyediakan kecerahan 350cd/m2.
Dari sisi grafis, teknologi terkini dari Intel yang digunakan pada ASUS Zenbook membuat ultrabook tersebut mempunyai kinerja grafis yang sangat baik. Saat diukur menggunakan aplikasi benchmark 3DMark 2006, kinerja ASUS Zenbook mencapai 32 persen lebih baik dibanding ultrabook yang ditawarkan kompetitor.
Sesuai dengan pola penggunaan komputer saat ini, di mana notebook tak hanya digunakan sebagai alat kerja tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan multimedia, Zenbook juga mendukung fitur tersebut, dan tidak main-main. Setiap Zenbook hadir dengan teknologi ASUS SonicMaster, sebuah optimisasi hardware dan software yang diciptakan oleh tim ASUS Golden Ear dan Bang & Olufsen ICEpower®.
SonicMaster menyediakan suara wide spectrum surround, kualitas suara yang dapat memenuhi ruangan dengan suara alunan jazz yang lembut atau suara gemuruh bak gema di pegunungan. Lewat speaker dan amplifier berteknologi besutan Bang & Olufsen ICEpower®, Zenbook mampu menghadirkan suara yang luar biasa dari sebuah form factor yang memiliki ruang sangat tipis.
Yang menarik, seluruh kehebatan dari sebuah ultrabook tersebut hadir dalam perangkat yang memiliki bobot sangat ringan. Jika ultrabook kompetitor memiliki bobot 1,33Kg, ASUS Zenbook berukuran 13 inci berbobot hanya 1,3Kg. Versi dengan layar 11,6 inci malah hadir dengan bobot 1,1Kg saja.
0 komentar:
Post a Comment